Bienvenue sur mon blog..
Merci pour visiter..


Kamis, 07 Juli 2011

Kupikir Inilah yang Bernama Cinta

Aku ingin menceritakan semua, inilah yang aku pikirkan dan aku benar-benar mengalaminya. Aku ingin membuat dunia melihat bahwa meskipun ini akan terlihat sederhana dari luar, tetapi bukanlah sesuatu yang mampu lepas dari pengorbanan.

Semua terlihat indah ketika kau baru menemuinya, mengenalnya, dan sesuatu itu menyapamu dengan manisnya. Tetapi pernahkan kau berpikir kau akan menangis karenanya? Paling tidak, menjadi sedih karenanya?



Tidak, tidak mudah mengatakan sesuatu itu tulus atau tidak, kau tidak mungkin membohongi dirimu dengan berpura-pura tulus atau menyembunyikan keinginan manusiawimu. Tidak dengan demikian kau akan melihat semua dengan lebih jelas. Aku tidak sedang menghakimi atau apalah itu istilah yang tepat untuknya, aku hanya menyampaikan pendapatku. Jika salah, pastilah itu kemungkinan yang besar. Aku bukanlah malaikat.

Tetapi apakah itu yang secara klise aku sampaikan? Apa yang sesungguhnya aku ingin sampaikan?

Aku belum cukup dewasa jika berbicara mengenai umur, tetapi aku merasakan semua ini. Dan apa itu gengsi? Apa itu malu? Apakah aku harus gengsi jika aku tahu aku merasakannya, menutupi semuanya hanya karena tak mau terlihat memalukan. Oh tidak, apakah itu memalukan? Apakah yang kau maksud malu sebenarnya? Malu? Bukankah ini tidak salah? Apakah merasakannya adalah salah? Apakah kita harus malu jika kita tidak bersalah? Tolonglah, aku kira ini anugerah. Ini membuktikan kita mampu melihat bahwa Diapun memilikinya. Apakah kau pikir yang selama ini Dia berikan bukanlah karena Dia memilikinya terhadap kita?

Cinta. Kata itu bukanlah hal yang harus dihindari. Mengapa harus dihindari? Karena jika tak terbalaskan akan membuat air mata jatuh berlinang? Karena jika terkhianati akan membuat kelabu apapun yang ada di depanmu?

Bukan. Cinta itu adalah Dia. Tuhan menciptakan-Nya, Tuhan menganugerahkan-Nya. Dialah cinta yang sesungguhnya. Dan Dialah yang menanamkannya dalam hati kita. Itulah yang kumaksud CINTA.

Aku merasa bukanlah sebagai anak kecil lagi yang hanya melihatnya dari sebelah sisi. Walaupun aku tak akan pernah mengerti sepenuhnya tentang ini, tetapi aku merasa aku sedikit mengerti, yang membuatku ingin menulis semuanya. Aku bukanlah orang yang pandai berbicara, dan mungkin menulis juga tidak. Tetapi aku tak ingin hanya memendam ini. Aku butuh menceritakannya. Aku ingin berbagi, suatu hal yang sangat jarang aku lakukan.

Lupakan tentang aku, maaf aku justru menjadi menceritakan tentang diriku sendiri. Lalu, kita akan membahasnya lagi. Cinta kepada keluarga, teman, sahabat, siapapun itu. Tetapi cinta ini lebih penting. Cinta pada Tuhan. Itulah yang menjadi segalanya. Dan ketika Tuhan mengarahkan hati ini untuk mencintai makhluk-Nya, apakah pantas untuk dihindari? Well, meskipun tak selamanya yang kita sangka sebagai cinta adalah benar petunjuk dari-Nya. Tetapi apakah jika yang kita rasakan adalah sesuatu yang mendorong kita untuk membahagiakan seseorang, itu tidak datang dari-Nya? Dia Maha Penyayang. Dia membuat makhluk-Nya saling menyayangi. Berkorban, untuk perasaan itu. Perasaan cinta dan sayang itu. Bukankah seperti mendapatkan kepuasan ketika kita mampu berkorban untuk orang tua kita, teman kita? Berkorban demi agama, berkorban di jalan-Nya.

Tetapi ketika pengorbanan kita sia-sia? Tidak, tidak akan ada pengorbanan yang sia-sia. Tuhan selalu melihat apa yang kita korbankan. Ketika kita berkorban demi agama-Nya, Dia pasti akan memberikan apapun yang itu karena kasih sayang-Nya. Kasih sayangnya, tidak selalu berupa kebahagiaan. Dia mencintai kita maka dia menguji kita. Ketika kita merasa Dia tidak memandang kita, Dia ingin kita menyadari apa yang seharusnya kita lakukan, melihat apakah kita telah melakukan hal yang benar. Dia memberikan akal. Ingat, akal bukanlah hal yang sederhana. Itu adalah pendamping sang hati yang mampu membawa kita pada hal yang nyata, tetapi tak sepenuhnya kita harus hidup hanya dengannya. Hati sama pentingnya, dialah yang membawa kita pada-Nya. Hati yang Dia berikan, hati ini Dia jadikan jalan untuk mengenal-Nya lebih dalam.

Apalagi setelah ini? Cinta pada makhluk-Nya? Makhluk yang bagaimana? Yang di luar kebiasaan? Oh tidak, bukan seperti itu. Keluarga? Ya, terkadang kita tak menyadari tentang cinta terhadap keluarga. Tetapi aku yakin kita memilikinya. Kemampuan untuk memaafkan ketika terjadi perselisihan. Tuhan telah mengajarkannya. Dia tidak hanya memberikannya, Dia mengajarkan kita. Mengajarkan bagaimana cinta yang seharusnya. Seperti yang telah kusampaikan. Dia Maha Pengampun. Bukankah itu telah nyata? Dan begitupula dalam pertemanan.

Lalu ini? Inilah yang sejak awal ingin kusampaikan. Seseorang yang kita merasakannya berbeda. Jatuh cinta? Oh tidak, itu bukanlah hal sederhana. Ini lebih rumit dari yang aku sangka. Tetapi mungkin bagi kalian tidak. Sesungguhnya sampai di sini aku justru kehilangan kata-kata. Ketika aku mulai merasakannya, kupikir aku mampu mengabaikannya, tetapi apa yang justru kurasakan kini? Melepasnya bukanlah hal yang mudah sekalipun apapun yang terjadi hampir tak pernah sesuai dengan harapan. Tetapi sekalipun benci, hal itu justru lebih sulit untuk dilakukan. Aku tak mengerti apa yang kumaksud ini sebenarnya, tetapi aku hanya mengerti bahwa cinta mampu berdiri di atas benci. Mungkin sebaliknya. Oh mungkin aku salah. Tetapi apa yang kualami memang demikian, hati nuraniku belum pudar. Aku masih memilikinya.

Ketika seseorang tak mampu membalasnya, mungkin perlahan semua akan mampu berlalu. Tetapi ketika hati kita, well, hatiku tak ingin? Dan hanya membahagiakan seseorang itu yang menjadi satu-satunya keinginan atas perasaan itu sementara apa yang mampu membuat seseorang bahagia itu saja tak tahu? Tidak mengganggunya? Tetapi apakah akan terganggu jika ia tahu atas dasar apa kita, well, aku melakukannya? Menurutku sih tidak, tetapi mungkin banyak yang tidak sependapat. Aku tahu itu.

Dan memang bukan hal mudah mencintai dengan benar-benar tulus tanpa keinginan apapun. Well, kita manusia, dan kita memiliki nafsu. Nafsu juga Dia yang berikan. Apakah cinta tanpa nafsu akan terasa indah? Tidak sepenuhnya. Nafsu tidak selalu jahat. Nafsu yang Dia berikan tidak jahat. Nafsu yang setan berikanlah nafsu yang jahat. Well, kupikir begitu. Dan tentang keinginan itu, pasti ada jalan untuk membuatnya menjadi suatu hal yang baik. Keinginan untuk selalu bersama dengan seseorang yang kita sayang, yang kita cintai, keluarga, sahabat. Itulah yang aku rasakan sangat indah. Merasa dekat seperti keluarga, sahabat, teman. Itulah yang kumaksud. Semua itu akan terlihat indah jika dilakukan atas dasar persahabatan. Cinta atas dasar persahabatan. Mungkin itulah cinta yang sebenarnya. Melihat semuanya dengan kepedulian, rela berkorban, tanpa pamrih. Itulah yang kumaksud ketika kita memiliki cinta. Menghargainya dengan persahabatan, dan tidak saling menyakiti. Dan apakah salah jika yang kuharap demikian?

Aku tak ingin menyelesaikan ini, karena jujur aku tak mengerti bagaimana aku akan melanjutkannya, seperti apapun yang selalu kulakukan selama ini, tak pernah selesai. Tetapi hidup ini akan selesai, jadi apapun tentang diriku juga akan selesai meskipun aku tak pernah menyelesaikannya. Hingga semuanya akan kembali lagi dalam keabadian, saat itulah kita akan melihat bagaimana hidup yang sesungguhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar