Bienvenue sur mon blog..
Merci pour visiter..


Senin, 23 Mei 2011

HIDUP ITU MASALAH

Ada saja masalah dalam hidup ini.

Huh! Capek. Hari ini benar-benar buruk. Aku gak tahu harus bagaimana lagi. Masalah pertama, ini cukup bikin hatiku sedih banget. Gak cukup untuk yang ini, masalah lain muncul.

Banyak hal dalam dunia ini yang tidak cukup kita mengerti. Terutama teman. Arti teman sungguhlah luas. Dan hubungan yang satu ini memiliki status yang samar, tetapi sangat berarti bagi hidup kita. Namun apabila satu masalah aja muncul, dan bikin hati panas, status teman yang lain lagi bisa menjadi korban. Ya seperti yang satu ini.


Hidupku jarang sekali mudah. Apalagi masalah teman. Aku sering gak cocok. Tetapi ini bisa membuat hati jadi memelihara sedikit rasa dendam. Meski ini sudah lama aku rasakan, tetapi baru benar-benar tampak dan hati ini baru membenarkan akhir-akhir ini. Dia memang gak pernah benar-benar mau menjadi teman aku.

Setiap kali pelajaran di aula, dia gak pernah duduk di samping atau di dekat aku. Tetapi, kalau dia sedang butuh sesuatu dari aku, pasti dia baru mau deketin aku. Aku merasa dimanfaatkan. Dan memang dia berteman dengan aku untuk itu. Licik.

Hari itu, setelah pembelajaran di aula sampai jam waktu Dzuhur, dia mendekati aku. Yah, begitulah, seperti biasa, dia minta aku untuk melakukan sesuatu buat dia. Dia minta aku untuk membuatkan kepingan CD lagu buat dia. Aku gak tahu itu buat apa, tetapi aku lakukan saja apa yang dia mau. Ini sebagai eksperimen pertamaku.

Hari berikutnya, ya aku kasih apa pesanannya. Dan dia tampak senang, tetapi aku tidak begitu. Dia berbinar-binar seperti biasa, tetapi setelah berterimakasih, langsung pergi. Dan dia benar-benar memanfaatkanku.

Ada apa sih sebenarnya? Tapi apa memang begitu? Aku belum yakin. Dan beberapa hari berikutnya, aku tes lagi dia. Aku ingin coba cuekin dia. Meskipun aku gak tahu maksudku sebenarnya untuk ini. Dua sampai tiga hari, dia masih belum merasa (yah, menurut pengamatanku sih begitu). Seminggu udah lewat. Dia justru malah menjauhi aku. Duh, apa sih yang ada di pikirannya?

Aku mulai capek, dan aku sekarang lebih sering menangis gara-gara itu. Aku juga ingat, bahwa hari itu, tidak begitu lama berselang, kira-kira satu bulan sebelum hari itu. Itu adalah hari ulangtahunnya. Aku bela-belain jalan kaki yang cukup untuk 25 menit berjalan dengan kecepatan sedang untuk mengantar kadonya. Tetapi maaf, ini bukan dalam agenda pamer ataupun narsis. Karena saat itu, Alhamdulillah aku baru selesai menuntaskan tugasku mewakili sekolah untuk babak seleksi. Sekali lagi, ini bukanlah saat untuk bersombong diri. Saat itu, aku merasa senang aja, dan pokoknya aku senang. Dan aku lihat dia juga kayaknya sih senang. Tapi, waktu mengubah semua.

Tak perlu kali ya, untuk diceritakan. Yang penting intinya hatiku cukup teriris oleh sebilah pisau yang tidak begitu tajam, dan masih aku bisa tepis untuk tidak mengijinkan air mata keluar dari pelupuk.

Sekarang, aku mulai mengerti, teman itu jangan terlalu dekat. Karena bisa jadi kedekatan itu justru mengakibatkan mudahnya masalah menghancurkannya. Ya kayak mata rantai gitu. Semakin erat maka semakin susah untuk dipisahkan, tetapi sekali ditempa bisa jadi ikatan itu langsung terputus dan hancur, dan susah untuk diperbaiki.

Tapi ini belum selesai. Aku benar-benar bisa menitikkan air mata karena dia. Dan aku bisa merasakan bagaimana sakitnya dipermainkan. Kita teman, tapi nyatanya itu ”bohong”. Dan benar-benar ajaib, aku berhasil cuekin dia. Karena, selama ini aku belum pernah sukses buat nyuekin orang. Waduh, harusnya dipertahankan ya? Itu kan berarti menandakan bahwa aku bukan pendendam. Tapi yah, skali ini saja...... (bagian dari kalimat ini tolong bukan hanya dibaca, tapi dinadai pake lagu Cidaha, trims). Dan yang cukup buat wah, ternyata aku udah nyuekin dia selama kurang lebih 2 bulan. Ya Allah, berapa banyak dosa hamba untuk yang ini.... Astaghfirullah.....

Mulai episode baikan. Gini dulu deh, kalo nyebut pake dia rasanya terkesan misterius, jadi kita pake Maiden Name aja ya? Dan, yang perlu diingat, dia itu cewek, dan dia dulu adalah sempat jadi sahabat karibku. Panggil aja Raisha. Yah, lumayan koq (lumayan bagus – :>).

Aku mulai gak tahan buat marahan terus. Jadi, aku putusin untuk mulai baikan. Karena aku lihat, dia malah makin jauh aja. So menurut aku, kalo gak ada yang mau ngalah, entar malah gak akan pernah baikan. Tapi ya, memang aku yang harus mengalah. (Coba, lagu apa yang pantas buat di sini).

Aku malu untuk bicara langsung dengan Raisha, maka aku coba kirimi dia surat macam-macam. Pertama, aku kirim dia surat bahwa aku benci sama dia. Waduh, aku gak tega habis itu. Masalahnya, muka Raisha bener-bener pucet habis baca suratku. Aku jadi menyesal sendiri. Setelah itu, belum ada hasil. Aku coba lagi. Kedua, aku kasih dia surat pernyataan. Kurang tepat sebenarnya kalo dibilang begitu, tapi ya kiranya seperti itulah. Isinya, kubocorin nih. Aku inih yang punya.

”Tolong, aku bener-bener butuh jawaban. Jangan njauhin aku lagi. Dan dalam masalah yang aku buat ini, aku ingin kamu yang memulai untuk mengajakku bersama menyelesaikan. Please, respon me, kirim jawabanmu. Kalau kamu gak mau melakukannya, maka berarti kita gak akan pernah baikan. Aku tanggung resikonya”

Aku tidak tahu persis bagaimana reaksinya. Yang jelas, suratku direspon. Satu titik terang.

”OK. Kita ngomong”

Aku menyepakati dan aku tulis surat lagi.

”Aku mau kamu yang ngajak aku duluan. Mungkin ini terlalu egois. Tapi, semua masalah ini karena kamu ternyata belum bisa mengerti temanmu sendiri. Yah, aku juga gak ngerasa bisa, jadi ya dicoba aja bareng-bareng. Kita ngomong besok aja. Aku lagi gak mood”

Yah, begitu deh, kita jadi surat-suratan terus. Karena jujur, aku belum berani bicara langsung sama Raisha.

”Ini penting, apa alasanmu?”

Singkat, padat, tetapi kurang jelas. Bagiku, itu sebuah keingintahuan. Aku mengerti apa maksudnya.

”Aku merasa kamu gak pernah menganggap aku teman. Kamu lebih suka mementingkan mereka daripada aku. Karena ini sudah sering, tapi kalopun itu jarang, aku gak akan kayak gini. Untuk hal ini, kamu jangan suka mengabaikan temen”

Raisha merespon. Titik terang yang kedua.

”OK. Aku ngerti. Aku juga ngerti apa maksudmu, walau bahasamu itu aneh. Tapi ini sulit. Aku belum tahu”

Aku tertegun. Ah, biarkan dia mau bicara apa. Ini menuju ke titik terang berikutnya. Jadi, teruskan respon.

”Yah, apa salahnya dicoba. Kita coba bareng-bareng. Karena aku tahu, kita sama-sama egois, tetapi tingkatan sifat kita beda. Keegoisanmu lebih tinggi dan benar-benar gak bisa dilunakin”

Lanjut. Raisha merespon. Titik terang ketiga.

”Ya deh, kita baikan. Kita resmi baikan”

Setelah itu, ini adalah titik terang terakhir, aku mulai berani bicara dengannya. Dan kita sepakat, kini tidak akan dekat lagi. Kita batasi hanya sebagai teman.

Ya saat itu meski aku tahu, aku berat menyepakatinya, karena rasa benci itu masih ada. Tapi, aku tak ingin menambah masalah. Dan kini, rasa itu mulai memudar. Walau aku tahu, sebenarnya hati ini masih belum bisa benar-benar melepasnya.

Peristiwa pertamaku yang paling menusuk ini, aku jalani ketika aku masih berada di bangku kelas 8 SMP, dan selama kurang lebih 3 bulan di akhir semester 2 sebelum akhir semesteran Alhamdulillah akhirnya selesai juga masalahnya. Ini juga berkat bantuan beberapa orang temen deketku yang kuhujani curhatan mulu tentang masalah ini, antara lain (Maiden Name aja yah?) Sara, Aila, Pivie, dan Ria. Trims banget yah?

Tetapi namanya hidup, masalah gak akan pernah berhenti mampir.

Kali ini, aku justru jadi penengah. Hhhh!!!

Untuk yang ini, masalah muncul gara-gara cowok. Yah, gitu sih yang aku tahu. Tapi, mungkin ada faktor pendukung lain, tapi intinya ini lebih serius. Belum ada titik terang, malah makin gelap aja.

Yang ini, bukan agenda untuk menyebar aib orang, karena identitas di sini terhidden. Peace!

Aku sudah tahu, untuk tahun ke-3 di SMP, pasti akan muncul masalah-masalah akibat cowok. Benar-benar sudah puber. Padahal, gak lama lagi mau UN. Tsk tsk tsk tsk....

Harapan saat ini, jangan sampe ada lagi yang marahan. Paling enggak supaya UN-nya lancar. Karena visi angkatan tahun ini adalah bisa nampang di Jawa Tengah sebagai juara.

Pake Maiden Name yang berbeda. Kali ini, benar-benar serius. Karena kasus yang satu lagi gak seserius ini.

Awalnya, mereka berdua ini lengket banget. Sumpah deh, lebih lengket daripada perangko ma amplop. Menurutku sih begitu. Masalah ini dimulai ketika salah satu dari mereka dikhianati. Katanya sih, dia yang merasa dikhianati itu, sebut aja Arma, bisa dibilang cemburu. Karena Lyra (ini sebutan buat orang kedua), gak pernah mau menjawab jujur setiap pertanyaan Arma.

Yang lebih jelasnya, kini kasus itu bertambah ruwet, jadi sepertinya aku angkat tangan buat cerita. Karena aku gak bisa jamin bakal ada endingnya.

Yang kedua, serupa, cuma kalau yang ini lebih adem.

Persoalan sepele, dan sudah banyak titik terang yang muncul. Sekali lagi, demi menjaga rahasia publik, aku tidak mau untuk menyebarluaskannya.

Yang menjadi inti di sini bahwa hidup gak pernah lepas dari masalah, apalagi dengan teman. Waduh!

Cerita ini, mewakili suara hatiku untuk menyampaikan bahwa teman tetaplah teman. Tidak akan ada yang namanya mantan teman, maka jaga hubungan spesial yang satu ini. Karena teman akan selalu menemani dan untuk saling menghargai. Ya, gitu deh.

Namun, untuk sisi lain dalam hidupku. Aku sering merasa sendiri, dan aku sering merasa dicuekin. Apalagi ketika kumpul dengan banyak orang yang belum cukup aku kenal, dalam artian tidak dekat. Seperti waktu acara beberapa hari lalu. Aku benar-benar drop. Mental dan semua perasaanku.

Adalah saat itu acara mabit, dan di acara ini akupun terpaksa. Aku lebih mengutamakan rasa tidak enak pada undangan teman, tetapi akhirnya berbuah penderitaan. Berlebihan!

Benar-benar selama 3 hari itu aku seperti tidak ada, gak dianggap. Dan yang aku benar-benar jengkel. Mereka sadar akan keberadaanku kalau mereka butuh sesuatu dariku. Walah walah!

Aku jalani itu semua benar-benar tabah. Dan akhirnya bebas juga. Aku merasa seperti dikeluarkan dari kurungan buaya. Gak tahu apa hubungannya. Dan sekarang, aku mengerti bahwa rasa ”tidak enak” dengan teman perlu dipertimbangkan. Kalau banyak mudharatnya buat diri sendiri ya kasihan dong.

Yah, namanya hidup. Begitu deh, penuh warna-warni. Gak selamanya hidup itu indah. Tetapi gak selamanya pula hidup itu menderita.Hidup adalah bagian dari aku. Aku, tetaplah aku. Aku bisa saja jadi tokoh yang berbeda. Tetapi aku tetap aku. Tidak ada yang pernah bisa seperti aku. Karena setiap orang berbeda. Dan aku, memiliki jiwa ini untuk hidup di jalan yang benar. Bersama teman, bersama langkah hidup penuh masalah yang harus diselesaikan. Karena masalah tercipta untuk diselesaikan. Dan hidup tak pernah ada yang bebas dari masalah

Hidup itu masalah. Karena hidup adalah suatu masalah yang harus diselesaikan, dinikmati, dan dipecahkan untuk mencapai kepada kehidupan yang sesungguhnya setelah akhir hayat kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar