Bienvenue sur mon blog..
Merci pour visiter..


Jumat, 26 Agustus 2011

Jika Aku Mati

"Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian." (Q.S. Ali-Imron:185)

Berkali-kali, sangat sering, aku mendengar dan membacanya. Tetapi sejauh yang aku alami, aku hanya mendengar dan membacanya. Belum pernah sampai meresapinya. Astaghfirullah, aku bertanya-tanya apakah imanku selemah itu? Tetapi, well, hanya Allah yang mampu mengukur kuat lemahnya iman seseorang. Aku hanya mampu berusaha untuk membuatnya tetap berada dalam diriku, mempertahankannya, dan meng-upgradenya.

Meskipun aku belum pernah merasakannya, tetapi aku pernah membayangkan seandainya suatu saat aku benar-benar sudah tiada. Tetapi sekeras apapun aku berusaha, aku tetap belum mampu 'merasakannya'. Aku ingin menangis, tetapi tidak bisa. Oh, sungguh, jika suatu saat nanti aku mati, apa yang akan terjadi?

Aku adalah manusia, tentu saja aku akan meninggalkan dunia ini, dan berada di alam barzakh, alam transisi menuju kehidupan akhirat, kehidupan yang abadi. Banyak cerita yang kudengar dan kusaksikan secara tidak langsung betapa siksa di alam barzakh saja begitu mengerikannya, bagaimana di akhirat nanti jika aku tak mampu mendapatkan surga-Nya?

Yang lebih dini dari itu saja, saat sakarotul maut. Al-Qomah saja yang ahli ibadah, hanya karena tidak menjawab panggilan ibunya saat ia sedang shalat sunnah sementara ibunya murka mengalami sakarotul maut yang begitu menyiksa. Bagaimana dengan aku? Membentak orang tua hampir menjadi keseharian. Astaghfirullah. Berulangkali aku berusaha untuk mengendalikan lisanku, menjaganya dari berkata yang tidak baik, terutama kepada mereka berdua, tetapi berkali-kali pula aku terkalahkan oleh nafsu. Apakah aku selemah itu?

Bagaimanapun juga, aku tidak boleh lemah. Mukmin yang kuat lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Rasulullah SAW pernah bersabda tentang hal itu. Ya, benar. Apapun yang terjadi, aku harus terus berusaha. Allah akan melihat usaha seorang hamba dan Dia akan memberikan hasil yang pantas bagi siapapun. Dia Maha Adil. Aku sangat percaya itu. Sangat percaya.

Dan setelah dari alam barzakh, aku akan dikumpulkan bersama seluruh manusia di muka bumi ini di padang mahsyar. Suatu tempat yang luas dengan matahari hanya berjarak sejengkal di atas kepala kita. Aku tak mampu membayangkan betapa panasnya saat itu. Hanya Allah-lah yang mampu memberikan kekuatan di saat seperti itu. Bagaimana nasibku di saat itu, dengan hidupku yang begini saat ini?

Kemudian pembagian buku catatan amal. Aku akan menerimanya dengan tangan kiri atau tangan kanan? Jika aku akan menerimanya dengan tangan kiri, pastilah penyesalan terbesar yang akan aku rasakan. Pastilah aku akan meminta dikembalikan lagi ke dunia dengan bermacam-macam janji untuk bisa memperbaiki amalanku. Tetapi pastilah itu hanya sebatas janji. Aku yakin itu. Sekalipun aku akan dikembalikan ke dunia, aku yakin aku tidak akan benar-benar menepati janji itu. Godaan dunia itu berat, sungguh, kecuali bagi orang-orang yang memang diberi kekuatan yang lebih. Dan aku berharap saat ini, sebelum semuanya terlambat, aku mampu mendapatkan kekuatan itu.

Dan yang paling tidak mampu aku bayangkan adalah jika aku akan masuk neraka. Aku benar-benar tidak bisa berkata-kata ketika membayangkan hal tersebut. Aku tidak akan sanggup. Sungguh aku tidak akan sanggup. Meskipun aku masih memiliki iman dan karenanya aku masih ada peluang masuk surga, tetapi siksa neraka itu tidak terkalahkan dahsyatnya.

Itu jika aku mati sebelum kiamat. Tetapi bagaimana jika aku mendapati kiamat? Dan bertemu Dajjal. Bagaimana nasibku? Bagaimana jika imanku tak cukup kuat hingga aku tak mampu bertahan?

Ya Allah, aku takuuuuuuuutttttttt.

Hanya takut? Apa realisasinya?

Apa??!!

Bahkan dosa-dosaku sendiri aku tak mampu mengira-ngira betapa banyaknya. Bagaimana jika dosaku sangat banyak dan pahalaku begitu sedikit bahkan mungkin habis hanya untuk menebus dosaku yang tak terkira? Aku tidak berpura-pura sadar, tetapi aku benar-benar sedang berusaha introspeksi. Dan masalah terbesar yang menjadi milikku saat ini adalah ketika aku tak mampu melawan rasa malas. Astaghfirullah, aku harap aku tidak berkelanjutan berada dalam kemalasan. Aduh, tetapi bagaimana ini?

Apapun itu, jujur aku belum siap untuk mati. Tetapi semakin aku tidak siap, semakin aku meminta waktu lebih, apakah ada jaminan aku akan menjadi lebih baik? Yang terpenting sekarang bukanlah bagaimana kematian itu akan datang, tetapi bagaimana aku mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

Mau tidak mau, suatu saat aku pasti mati, siap atau tidak siap. Tiada guna aku meratapi waktu dan dosa-dosaku. Yang aku butuhkan adalah bagaimana aku harus memperbaiki diriku, meskipun tak mungkin dalam waktu singkat dan instan, tetapi proses yang baik akan membuatku menjadi manusia yang lebih baik.

Aku butuh ridho-Nya. Hanya Dia yang mengerti bagaimana aku harus berbuat.

Jika aku mati, aku berharap aku mati dalam keadaan khusnul khatimah dan berada dalam ridho-Nya.
Jika aku mati, aku berharap aku meninggalkan kebaikan, bukan keburukan.
Jika aku mati, aku berharap aku sudah mampu membahagiakan kedua orang tuaku.
Jika aku mati, aku berharap aku telah melakukan hal yang terbaik untuk agama, bangsa, dan negaraku.
Jika aku mati, aku harus mampu telah membuat semua harapanku tak hanya sekedar harapan.

3 komentar:

  1. Ya Allah, jadi inget mati T.T
    Agak nyesel pas ramadhan gue malah males2an T.T

    BalasHapus
  2. Kita bisa hidup selamanya kok, asal tau caranya

    http://claude-c-kenni.blogspot.com/2010/12/way-to-live-forever.html

    BalasHapus