Bienvenue sur mon blog..
Merci pour visiter..


Sabtu, 24 Maret 2018

I Chose This Kind of Life, Did I?

Almost 4 years ago my latest post was posted.

Sekarang aku sudah selesai koas. Sepertinya dulu aku hampir bersedia melakukan apapun demi bisa mencapai masa yang mungkin akan datang sebentar lagi. Sebentar, kuingat-ingat dulu.

Aku sempat punya keinginan yang begitu besar untuk menjadi dokter dan aku heran mengapa. Jika menurutku saat ini, sepertinya dulu itu aku hanya ingin mendapatkan pengakuan, semacam supaya terkesan keren gitu bisa jadi mahasiswa kedokteran. Aku tidak begitu menyadari bahwa sebenarnya kemampuanku tidak terlalu cocok untuk menjadi dokter.

Begitu masuk lingkungan perkuliahan, paling terasa yaitu saat PPSMB atau bahasa populernya 'ospek', aku merasakan--meskipun saat itu aku menyangkal--yang orang-orang sebut sebagai cultural shock. Sedikit. Well, mungkin saat ini aku juga belum bisa mengakui sepenuhnya. Tetapi memang begitu, apalagi aku dulu tidak terlalu pandai bergaul--begitu pula saat ini.

Aku tidak tahu bagaimana harus belajar. Aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan sebagai mahasiswa. Ketika orang-orang semangat belajar dan ikut lomba sana-sini, aku masih sibuk dengan duniaku sendiri. Aku tidak terbiasa untuk belajar dan aku benar-benar merasa tertinggal.

Untungnya, dan aku cukup bangga karenanya, IPK tahun pertama adalah yang kurasa terbaik sepanjang riwayat kuliah. Sepertinya dulu aku juga punya standar yang tinggi. Tetapi OSCE atau semacam ujian praktek yang tidak perlu dijelaskan apa kepanjangannya, membuat aku mulai merasakan kekecewaan yang berarti. Ya jelas lah, OSCE tahun pertama aku tidak lulus dan harus mengulang, memupuskan harapan untuk dapat A. Begitulah mahasiswa tahun pertama, masih idealis.

Lucu juga sih, betapa dulu yang dipikirkan masih simpel. Kuliah, ujian, liburan. Selama tahun pertama, satu-satunya yang membuat aku agak produktif adalah ikut organisasi. Eh, bukan. Badan Semi Otonom atau BSO. Bahkan istilah itu tidak mengandung kata-kata 'organisasi' sama sekali. Aku terlalu ragu-ragu untuk bergaul dengan anak-anak fakultas lain saat itu dan akibatnya aku tidak punya pengalaman apapun di UKM. Lebih buruk lagi, aku tidak banyak kenal teman-teman dari fakultas lain. Susah juga jadinya karena di saat-saat aku perlu untuk membuat kontribusi kolaborasi atau apalah itu, aku tidak bisa maksimal.

Setalah itu aku menjadi agak sok-sokan sibuk di BSO. Ikut panitia ini itu padahal tidak banyak kerja. Sampai tahun ketiga tidak ada perkembangan apapun. Beberapa kali ikut lomba tidak berhasil dan aku jadi malas karenanya. Ingin mencoba lagi tetapi prosedur administrasi terlalu merepotkan bagiku dan akhirnya aku menjadi tidak produktif.

Di akhir tahun preklinik, aku justru menjadi ragu. Yakin ini jalan yang mau aku tempuh? Akupun sempat takut untuk masuk rotasi klinik. Untung saja pertanyaan itu muncul terlambat, kalau tidak mungkin aku sudah resign. Terlalu sayang sudah menghabiskan waktu hampir 4 tahun, akhirnya aku lanjut sajalah.

Teman-temanku begitu semangat saat menjadi koas baru. Aku salut sih dengan mereka. Meskipun aku tidak merasakan hype yang sama, aku biasa saja. Mungkin karena stase pertamaku adalah Forensik, which I don't even like. Untungnya aku tertunjuk menjadi chief stase, jadi aku tidak benar-benar menjadi apatis.

Aku belum bisa menikmati koas hingga stase besar pertama, yaitu pediatrik. Dulu, hal yang paling aku suka dan mampu membuat aku semangat adalah neurologi. Otherwise, pediatric was my biggest fear. Apalagi waktu itu pediatrik adalah stase besar pertama, terkenal paling menguras energi, titik permulaan setahun puncak kehidupan koas, dan aku dulu takut sama anak-anak yang nangis apalagi orang tuanya.

Surprisingly, pediatric has become my favourite ever since. Ku tidak tahu kenapa. Padahal jam tidur minimal kalo lagi jaga, harus bikin lapag, TTV-nya susah dan lama karena kebanyakan anak-anak di bangsal sering rewel, dituntut untuk bisa bertanggung jawab sebagai dokter bangsal saat stase luar kota di Banyumas, ujian OSLER di Sardjito, soal ujian OSCE yang paling susah. Banyak deh susahnya apalagi sekelompok sama Aldo, Husni, Meor, haha. Tetapi mungkin itu semua justru yang melatih mental kami. Walaupun capek, aku suka stase pediatrik.

Setelah itu, kehidupan koas jadi terasa jauh lebih mudah meskipun di stase obsgin aku sempat malas-malasan lagi. Ya gimana ku ga tahan sama suasana kewanitaan yang sangat hormonal. Aku bahkan jadi ingin cepat-cepat ambil spesialis biar tidak perlu menangani kasus-kasus obsgin sebagai dokter umum.

Ketika hampir tidak ada koas yang menyukai stase anestesi, aku justru tertarik. The adrenaline rush apparently was, and still is, my thing. Seru aja harus bisa berpikir cepat dan bertindak gercep kalo ada pasien gawat darurat.

Stase yang cukup mengandung intrik adalah interna. Banyak jaga, selalu ada aja kerjaan yang menghampiri saat jaga, banyak nulis, materinya banyak. Senangnya, dapat stase jejaring di Banjarnegara--dengan dokter terbaik yang pernah kukenal--dan Sleman--dengan suasana koas yang terlalu menyenangkan. Aku suka kok interna, tapi tidak saat jaga.

Di stase-stase berikutnya, kesibukan koas mulai mereda. Aku mulai merasa perlu melakukan hal-hal lain selain koas. Boleh dibilang mulai jenuh dan juga karena tampaknya kok aku ga punya pengalaman-pengalaman menarik. Selama bertahun-tahun, aku hampir tidak pernah menulis. Sepertinya sejak lulus SMA. Padahal dulu aku sempat ingin menjadi penulis buku. Sayangnya, entah karena kurang percaya diri atau memang tidak berbakat, belum ada karya yang pantas.

Jadi aku mulai mengambil berbagai kesempatan untuk bisa banyak menulis. Hingga saat ini, dan itulah mengapa akhirnya tulisan ini bisa terbentuk.

UKMPPD kurang dari 2 bulan lagi. Orang-orang mulai sibuk belajar. Sementara aku, sedang terlalu semangat untuk meladeni berbagai minat yang tersisihkan selama koas: refining French, nulis artikel, belajar matematika, fisika, nonton Sci-show, baca novel, nulis beginian, cari ide-ide penelitian, belajar bikin systematic review, ikut acara workshop, cari-cari beasiswa. Panik sih, tapi belajar untuk UKMPPD masih belum terasa memaksa. Semoga kepanikan ini segera bisa memunculkan motivasi untuk belajar deh. Untungnya dapat jadwal ALTEM awal, paling tidak jadi mulai ada yang bisa membangkitkan semangat.

But, the problem is, still, is this what I really want?

Dengan berakhirnya koas, dan setelah nanti UKMPPD, aku bingung apa yang harus kulakukan terlebih dahulu. Aku bersikeras untuk tidak menunda internship karena aku ingin segera keterikatan ini selesai. Sebenarnya ya karena ingin segera merasakan hasil pendidikan selama total hampir 20 tahun. Aku tidak tahu apakah setelah itu aku sebaiknya melanjutkan studi dulu atau aku perlu menjadi spesialis. Aku ingin menjadi spesialis, tapi aku tidak ingin menjadi residen. Seenaknya memang.

Seandainya aku punya kesempatan, aku ingin lintas bidang saja, mungkin belajar Bioinformatics. That's why I thought I need to meet someone whom I can work with on it. I mean, he could be an engineer, or a physicist, a mathematician, or maybe a computer scientist. Maybe it would take forever.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar